Studi : Kopi Tidak Pengaruhi Detak Jantung
Selama beberapa dekade, dokter memperingatkan orang-orang yang menderita irama jantung agar menghindari kopi. Namun, studi baru ungkap kafein pada kopi tampaknya tidak akan meningkatkan risiko yang menganggu detak jantung. “Kami tidak melihat bukti untuk rekomendasi berbasis luas ini untuk menghindari kopi atau kafein,” kata rekan penulis studi Dr. Gregory Marcus, kepala asosiasi kardiologi untuk penelitian di University of California, San Francisco.
Selama ini dokter memperingatkan untuk menghindari kopi, karena dikhawatirkan kafein dapat memicu sentakan detak jantung yang tiba-tiba. Marcus mengatakan kemungkinan pada beberapa individu, kafein dapat memicu sentakan pada detak jantung. “Akan tetapi saya pikir bukti yang berkembang adalah kasus-kasus itu sebenarnya cukup langka,” ungkapnya.
Faktanya, hasil studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Internal Medicine menunjukkan setiap cangkir kopi atau kafein yang diminum seseorang setiap hari, dapat menurunkan rata-rata 3 persen risiko aritmia, gangguan detak jantung. “Mayoritas orang, bahkan mereka yang menderita aritmia (detak jantung tidak normal), seharusnya bisa menikmati secangkir kopi mereka, dan mungkin ada beberapa orang yang (mengonsumsi) kafein atau kopi sebenarnya bisa membantu mengurangi risiko mereka,” kata Marcus.
Kopi adalah salah satu minuman favorit dan paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Akan tetapi, kata Marcus, khasiatnya sebagai stimulan telah mendorong banyak dokter untuk memperingatkan pasien penyakit jantung untuk tidak minum kopi.
Untuk melihat apakah kopi maupun kafein benar-benar dapat menyebabkan jantung berdebar atau gangguan detak jantung tidak normal, Marcus dan timnya menganalisis data dari lebih 386.000 orang yang berpartisipasi dalam studi kesehatan jangka panjang di Inggris.
Dari kelompok besar yang minum kopi atau konsumsi kafein tertentu, kata peneliti, sekitar 17.000 orang mengembangkan masalah gangguan detak jantung selama rata-rata 4,5 tahun. Semua peserta ditanya tentang konsumsi kopi saat mereka terlibat dalam penelitian. Para peneliti kemudian membandingkan respons mereka terhadap kemungkinan mereka dapat mengembangkan detak jantung tidak normal.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara kafein kopi dan gangguan detak jantung. Bahkan, saat peneliti memperhitungkan faktor genetik yang mungkin memengaruhi cara individu memetabolisme kafein. “Kami tidak dapat menemukan bukti pada tingkat populasi bahwa mereka yang minum kopi lebih banyak, atau mereka yang terpapar lebih banyak kafein mengalami peningkatan risiko aritmia,” jelas Marcus.
“Hasil studi menunjukkan bahwa benar-benar ada beberapa dogma yang tidak berdasar bahwa kopi dapat menyebabkan aritmia,” kata Dr. Zachary Goldberger, profesor kedokteran kardiovaskular di University of Wisconsin-Madison.
Kendati demikian, Goldberger memperingatkan agar tidak membaca terlalu banyak tentang apa yang diamati oleh penelitian tentang potensi manfaat perlindungan kafein, mengingat efeknya tersebut sangat kecil. “Saya pikir intinya, berdasarkan temuan ini, adalah bahwa kopi mungkin tidak menyebabkan aritmia, tetapi juga tidak melindungi mereka,” kata Goldberger, salah satu penulis komentar dalam studi tersebut.
Marcus menambahkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kopi dapat memengaruhi detak jantung, dan mengapa kopi dapat melindungi dari aritmia. Lebih lanjut Marcus mengatakan bahwa kopi memiliki efek anti-inflamasi, dan diketahui juga peradangan dapat berkontribusi pada masalah irama jantung. Ia menduga kemungkinan kafein memotivasi beberapa orang untuk lebih aktif secara fisik, sehingga dapat mengurangi risiko aritmia. “Kami mungkin tidak sepenuhnya menyadari berbagai mekanisme yang mungkin relevan, dengan hubungan antara kafein dan kesehatan jantung,” kata Marcus.
Marcus dan Goldberger mengakui bahwa mungkin ada beberapa individu yang tidak merespons kopi dengan baik, dan kekhawatiran mereka harus terus ditanggapi dengan serius. “Jika seorang pasien datang ke klinik dengan palpitasi, atau gejala aritmia, dan bertanya apakah kafein atau kopi berperan, itu adalah diskusi pribadi,” kata Goldberger.
Namun, jika seorang pasien melaporkan mengalami palpitasi yang tampaknya berkorelasi dengan kopi atau minuman berkafein, Goldberger mengatakan bahwa data ini tidak memberi izin untuk memberi tahu mereka agar tidak mencoba membatasi kopi. “Tapi saya pikir kami dapat memberi tahu pasien kami bahwa kopi tidak menempatkan orang berisiko lebih tinggi mengalami gangguan detak jantung,” imbuhnya.