Diplomasi Kopi Dalam Film G30S PKI
Kopi Bara – Setiap 30 September, bangsa Indonesia mengenangnya sebagai momen kelabu. Pada 30 September 1965 peristiwa menggemparkan bernama Gerakan 30 September atau yang biasa disebut G30S PKI, terjadi. Pada momen itu, 7 putra terbaik bangsa tewas dalam gerakan yang mengatasnamakan Dewan Jendral. Ketujuhnya mendapat gelar Pahlawan Revolusi.
Peristiwa tragis ini diabadikan dalam film karya Arifin C Noer. Ada yang menarik dalam film yang rilis pada 1984 silam. Saat Kopi Bara menyaksikan ulang film yang diputar tiap 30 September ini, ada adegan tokoh yang menyusun rencana penculikan jenderal, sering meminum kopi untuk menjaga stamina mereka. Para tokoh berusaha tidak ‘ngantuk, saat merancang rencana keji penculikan di 30 September 1965.
Artikel ini tidak mendukung organisasi yang menjadi dalang peristiwa memilukan ini. Kopi yang menjadi minuman rakyat, menjadi saksi Indonesia menuju bangsa yang berdaulat. Semenjak bangsa asing menuju Indonesia, kopi termasuk komoditas yang diincar bersama rempah Nusantara.
Setelah merdeka, kopi menjadi komoditas utama bangsa Indonesia. Masyarakat merasakan nikmatnya kopi Nusantara yang tidak lagi menjadi dijarah penjajah. Kopi bukan lagi menjadi simbol kemewahan orang kaya, melainkan minuman yang bisa dinikmati kaum jelata.
Pada 30 September, Kopi Bara tidak sekadar mengenangnya sebagai peristiwa revolusi bangsa. Lebih dalam, kopi yang menjadi bagian sejarah Indonesia, selayaknya menjadi minuman yang menyatukan rakyat dari Sabang sampai Merauke. Tidak ada lagi istilah kopi kalangan atas, kopi kalangan bawah karena yang membedakan adalah cara menikmatinya. Kopi biasa namun dinikmati dengan bahagia, lebih bermakna daripada kopi mewah namun dinikmati hanya untuk bergaya.