Dulu Kopi Dangdut, Kini Café Dangdut di Amerika
Kopi Bara – Penggemar musik dangdut rata-rata tahu kalau ada lagu bernama Kopi Dangdut. Lagu ini populer pada awal 90-an dari pelantun dangdut bernama Fahmi Shahab. Lagu Kopi Dangdut seakan mewakili kalau dangdut dan kopi, 2 elemen mengasyikkan yang tidak terpisahkan. Kedai dan warung bagai tempat ‘berjodohnya’ dangdut dan kopi.
Dua dekade setelah rilisnya Kopi Dangdut, biduan dangdut asal Indonesia mewujudkan. Tempat ini bernama Café Dangdut. Tidak tanggung-tanggung, lokasinya ada di Amerika Serikat. Kafe ini berdiri atas inisiatif Fitri Carlina, seorang penyanyi dangdut. Fitri bersama Dina Fatimah, dan Roy Sembiring mendirikan Café Dangdut di Long Island City-New York, Amerika Serikat. Mereka meyakini. budaya Indonesia layak dan potensial diperkenalkan di Amerika.
Pada Kemenparekraf Indonesia, Fitri mengatakan, ‘ide mendirikan Café Dangdut muncul setahun yang lalu, tepatnya awal Maret 2021. Saat itu, kebetulan saya juga tampil di acara Super Bowl Week. Dari situ, nama ‘dangdut’ sedikit demi sedikit mulai dikenal. Lalu, terpikir untuk membuat coffee shop bernuansa dangdut di New York bersama Eski yang juga terlibat dalam acara Super Bowl Week. Dalam waktu sebulan, kami memikirkan ide, logo, dan menyiapkan coffee truck. Akhirnya pada September, Café Dangdut soft launching. Saat itu kami masih menggunakan coffee truck dan booth,” kata Fitri.
Fitri menambahkan, ‘Akhirnya, setelah berjalan beberapa bulan dengan mengikuti bazar dan festival di sana-sini, kami memutuskan untuk membuka Café Dangdut secara permanen di Long Island City. Sambutannya cukup bagus. Bahkan antrean orang yang ingin mencoba kopi di Café Dangdut sangat panjang. Mas Menteri (Sandiaga Uno) juga sudah datang ke Café Dangdut. Rasanya tidak menyangka bisa seperti ini,” tambah Eski.
Fitri dan Eski (sapaan Dina Fatimah) memutuskan untuk terus melakukan mempromosikan Café Dangdut dengan coffee truck selama setahun. Tujuannya untuk menarik banyak orang dan membuat penasaran warga sekitar. ‘Sampai saat ini, Café Dangdut masih menggunakan coffee truck dalam rangka promosi kopi. Kami membagikan kopi secara gratis kepada customer yang datang,” lanjut Eski.
Sambil promosi, proses pengurusan izin dan inovasi menu terus dilakukan. Pelan-pelan, Fitri dan Eski mencari barista dari Diaspora karena ingin memperlihatkan kepada warga sekitar tentang hospitality yang ramah khas Indonesia. Kata Fitri, ‘beruntung Diaspora di sini suportif. Banyak pengusaha swasta dan owner kafe Indonesia lainnya juga yang mendukung kehadiran Café Dangdut. Kami mendirikan Café Dangdut di New York bukan untuk menjadi saingan, tapi justru untuk menambah khasanah kuliner Indonesia di Amerika.”.
Fitri dan Eski mengaku puas dengan apa yang sudah mereka capai bersama Café Dangdut. Hampir 70% pembeli di Café Dangdut adalah warga lokal, sesuai dengan target mereka. Lokasi Café Dangdut yang cukup strategis dan mudah ditemukan membuat Café Dangdut mudah ditemukan. Cafe Dangdut berada di lingkungan anak-anak muda dan hipster elit, dekat dengan stasiun, kampus, serta tempat nongkrong anak-anak muda dan komunitas warga Indonesia.
Dengan adanya Café Dangdut di New York, Fitri dan Eski berharap memperkenalkan Indonesia. Tidak hanya dengan kopi dan hidangan saja, tetapi juga dengan budaya dan lifestyle Indonesia. Selain kopi dan beberapa kudapan khas Indonesia, Café Dangdut memperkenalkan musik dangdut dan fesyen Indonesia melalui brand Plus 62. Fitri dan Eski ingin hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia menjadi mainstream dengan langkah awal memperkenalkannya melalui Café Dangdut.
Melalui serangkaian pencapaian ini, Fitri dan Eski berharap Café Dangdut bisa bertahan di New York. Saat ini, Fitri dan Eski tengah berkomunikasi dengan beberapa investor. Jika tidak ada kendala, Café Dangdut juga akan hadir di New Jersey dan negara lain seperti Singapura serta Filipina.