Kopi, Persatukan Kaum Disabilitas
Kopi Bara – Manusia yang terlahir normal, patut bersyukur. Ini karena Tuhan menciptakan manusia yang terlahir di dunia tidak senormal lainnya. Disabiltas, inilah istilah untuk insan yang terlahir dengan kekurangan.
Tuli atau tuna rungu, satu di antara disabilitas ciptaan Tuhan. Insan yang tuna rungu sejak kecil pasti tuna wicara. Meski ini realita, kaum disabilitas tidak menyerah. Keinginan mendapat kesetaraan menjadi prinsip hidup.
Upaya hidup setara dengan insan normal dibuktikan pemuda yang mendirikan Kopi Tuli. Inilah sebuah bisnis tempat ngopi yang tercipta dari pemuda disabilitas. Kopi Tuli lahir karena kopi media yang penghubung antar manusia tanpa perbedaan.
Putri Santoso – co founder Kopi Tuli punya kisah berdirinya cafe ini. Putri yang juga penyandang disabilitas mengatakan, ‘Kopi Tuli adalah jawaban atas kekecewaan kami yang sama-sama sulit mendapatkan kerja sehingga kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa sebetulnya kami ini bisa dan punya kemampuan.’
Putri dan rekannya di Kopi Tuli merasakan beratnya memulai bisnis saat pandemi COVID-19. Putri menambahkan, ‘dari tantangan yang kami rasakan, kami menyadari bahwa tetap harus produktif. Saat pandemi seperti ini keadaan berbeda, orang-orang pakai masker sehingga kami tidak bisa membaca bibir. Walau mereka pakai masker kita harus tetap mengedukasi.’
Putri dan Kopi Tuli membuktikan, kekurangan bukan halangan dalam kehidupan. Kekurangan yang dimilikinya memunculkan ide bisnis bernama Kopi Tuli. Jelang Hari Disabilitas Internasional (14 Desember) Putri dan Kopi Tuli bertekad bahwa di masa kini tidak ada batasan orang normal dan tuli. Kopi telah menunjukkan kalau kedua bisa bersatu dalam suatu cangkir bernama kehidupan. (DeAn)
Sumber