Memaknai Hidup dari Kopi dan Layang-Layang
Layang-layang yang kusayang. Layang-layang yang kusayang. Jauh tinggi sekali melayang-layang. Itulah sepenggal lirik lagu Layang-Layang milik The Beatles-nya Indonesia, Koes Plus. Hits ini ada di album Koes Plus volume 9 yang direkam studio Remaco pada 1973.
Koes Plus dengan formasi lengkap. Ada Tonny Koeswoyo pada kibor, gitar, vokal. Yok Koeswoyo pada bass, vokal. Yon Koeswoyo pada gitar, vokal. Murry pada drum.
Menyimak Layang-Layang milik Koes Plus tersirat kesederhanaan dalam makna dan realita. Lagu ini hanya mengisahkan seseorang yang bermain layang-layang yang putus, jatuh ke hutan karena hujan. Sudah ! Begitu sederhananya.
Generasi milenial pasti aneh dan bingung menyimak Layang-Layang di 2020. Sebegitu mudahnya Koes Plus mencipta lagu. Namun kesederhanaan Layang-Layang menjadikan lagu ini survival of the fittest versi Koes Plus.
Kesederhanaan memainkan layang-layang (bagi yang pengalaman tentunya), menciptakan kegembiraan bagi pelakunya. Memainkan layang-layang di era digital, membawa nostalgia.
Ada adrenalin ketika layang-layang beradu di angkasa. Hormon endorfin ikut mengalir manakala lawan putus benang bahkan layang-layang terbawa layang-layang pelaku. Rasa kecewa setara putus cinta, juga menggelora saat layang-layang putus.
Canda tawa dan keseruan tidak tersembunyikan saat pelaku, atau anak-anak (pada masanya) melihat layang-layang putus. Lari ratusan meter, menerobos aral melintang, bahkan berebutan, hanya untuk sebuah kertas segi empat bernama layang-layang. Inilah kenangan yang punya filosofis kehidupan. Mengejar layang-layang, laksana mengejar cita dan impian kehidupan.
Upaya membangkitkan permainan layang-layang era kikinian, mendasari masyarakat Bojonegoro dan Kopi Bara mengadakan acara pada Minggu 6/9/2020. Masyarakat desa Pilanggede Kecamatan Balen-Bojonegoro mengadakan Festival Layang-Layang Pilanggede 2020. Acara Minggu pukul 2 siang ini menampilkan puluhan layang-layang dengan beragam kreasi yang saling berkompetisi.
Iwan Zuhdi – Ketua Panitia menyebut, Festival Layang-Layang Pilanggede 2020 menampilkan layang-layang dengan bentuk unik. Pecinta layang-layang bakal rugi kalau melewatkan acara ini. Pengunjung tidak hanya melihat keunikan layang-layang. Pengunjung pun merasakan wisata Taman Pinggir Nggawan (TPG).
Kopi Bara bangga menjadi bagian acara ini. Kebanggan makin bermakna karena Kopi Bara bermitra dengan Blok Bojonegoro. Portal berita kebanganggan masyarakat Bojonegoro ini andil dalam penyebaran festival ini.
Kopi Bara juga mengucap hormat pada pemerintah desa Pilanggede – Bojonegoro, Karang Taruna Mulya Pilanggede, Bumdesa Pilanggede Gemilang, Pokdarwis Jala Sutra. Festival ini juga terlaksana karena dukungan Mega Persada Mandiri – dealer motor Honda, dan Oppo Smartphone.
Selamat berkompetisi di Festival Layang-Layang Pilanggede 2020. Festival yang bukan hanya lomba layang-layang. Festival Layang-Layang Pilanggede 2020 acara yang menjaga dan melestarikan kearifan lokal. Selaras dengan filosofi Kopi Bara yang punya semangat bara untuk Nusantara.
Melalui Festival Layang-Layang Pilanggede 2020, Kopi Bara juga saling mengingatkan filosofi layang-layang. Mendiang Winston Churchil – Perdana Menteri Inggris (1940-1945) pernah mengatakan, “layang-layang itu terbang tinggi karena melawan angin, bukan berdamai dengan angin.”