Mengenal Qahwa, Kopi Arab dan Cara Menikmatinya
Social media dan marketplace kami:
+62 853-7252-5758

Mengenal Qahwa, Kopi Arab dan Cara Menikmatinya

Kopi Bara – Arab punya tradisi minum kopi yang tak kalah unik dengan negeri lain. Berdasarkan sejarah, kopi dan tradisi menikmati kopi pertama kali dikembangkan Yaman. Negeri ini mengenal kopi sejak tahun 1300-an. Pada awal 1400-an, kopi menyebar ke Hejaz yang kini bernama Madinah, Mekkah, dan Najd.

Jazirah Arab mengenal racikan kopi sebagai Qahwa. Qahwa memiliki makna tersendiri, terlebih pada cara menyajikan dan menikmatinya. Berikut ini Qahwa dan makna termasuk cara mengonsumsinya

1. Racikan Qahwa

Qahwa diracik menggunakan rempah-rempahan. Jika kopi berwarna hitam, Qahwa berwarna kekuningan. Itu karena biji kopinya disangrai singkat. Qahwa memiliki cita rasa unik.

Amal Al-ShammariFounder Embrace Doha menyatakan, Qahwa diracik dengan campuran rempah-rempah. Satu di antara campuran utama adalah kapulaga. ‘Kapulaga memberikan rasa unik. Ada pula cengkeh yang memberikan rasa pedas, juga campuran saffron agar warnanya jadi keemasan,’ ujar Al-Shammari.

Perpaduan rempah menjadikan Qahwa menjadikan minuman ini mirip jamu. Rasanya pahit, sehingga masyarakat Arab sering menikmati Qahwa bersama kurma.

2. Qahwa Simbol Keramahtamahan dan Kedermawanan

Al-Shammari menambahkan, Qahwa memiliki makna tersendiri. Orang Arab mengartikan Qahwa simbol keramahtamahan dan kedermawanan. Qahwa tidak terpisahkan dari adat istiadat bangsa Arab.

‘Menyajikan Qahwa kepada tamu menjadi kewajiban. Kita tidak boleh gagal dalam menyajikan qahwa kepada tamu, jika terjadi itu sangat memalukan,’ kata Al-Shammari.

Ketika tamu datang, Qahwa disajikan pertama kali sebelum hidangan lain. Jika tamu bukan peminum kopi, tuan rumah tetap menyajikan qahwa sebagai bentuk penghormatan dan untuk menunjukkan sikap kedermawanan.

3. Etika Menyajikan Qahwa

Qahwa ditempatkan dalam wadah bernama Dallah. Ini adalah teko khas yang memiliki corong panjang dan melengkung seperti paruh burung. Qahwa tidak disajikan di meja layaknya suguhan tamu pada umumnya. Penyajian Qahwa juga tidak bersifat self-service. Qahwa disajikan langsung, dituangkan oleh tuan rumah kepada tamu.

Orang yang menyajikan Qahwa disebut Muqahwi. Qahwa kemudian ditampung dalam Dallah. Saat menyajikan Qahwa, Muqahwi memegang Dallah dan menuangkan Qahwa menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memegang 3-5 gelas berukuran mini tanpa gagang atau yang disebut Finjaan.

‘Qahwa harus disajikan panas. Ini karena tidak ada gagang, Qahwa disajikan setengah gelas, agar tangan bisa memegang bagian atas cangkirnya,’ ujar Al-Shammari.

4. Orang Lebih Tua Harus Disajikan Qahwa Lebih Dulu

Etika menyajikan Qahwa dilihat dari usia tamu. Orang yang lebih tua mendapatkan kehormatan disajikan lebih dulu, lalu yang muda. Al-Shammari menyatakan, biasanya orang yang muda membantu Muqahwi menyajikan Qahwa kepada yang tua. Cara penyajiannya juga dilakukan dari yang duduk paling kanan baru ke kiri. Muqahwi harus berisi sampai semua tamu selesai dan mengembalikan gelas bekas minum Qahwa kepadanya.

5. Etika Menikmati Qahwa

Ada etika ketika menikmati Qahwa. Pertama, tamu harus bersedia dituangkan Qahwa, terlepas ia mau ataupun tidak. Ini sebagai bentuk kedermawanan tuan rumah.

Jika tamu menolak, tamu dianggap tidak sopan. Bagi tamu yang suka, bisa langsung minum Qahwa. Namun yang tidak suka, cukup meletakkan gelas berisi Qahwa di sampingnya.

Tamu tidak boleh menikmati qahwa lebih tiga kali. Meskipun tuan rumah bersedia menuangkan Qahwa, minum Qahwa cangkir ke-4 dan seterusnya dianggap tidak sopan.

Ketika tamu ingin menambah dan dituangkan qahwa, berikan kode dengan menyodorkan gelas ke Muqahwi. Jika merasa cukup, tamu memberi kode lagi dengan menyodorkan gelas sambil digoyang-goyangkan dengan pelan.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Ada yang bisa dibantu?